Mother Theresia
Sebulan sesudah terjadinya peristiwa itu, suster Teresa mendapatkan peneguhan akan panggilannya dan ia yakin bahwa Tuhan menghendaki ia melakukan sesuatu yang baru, sesuatu yang teramat penting. Tanggal 10 September 1946 itulah disebut sebagai "inspiration day". Saat itu ia berusia hampir 40 tahun, ia sangat yakin bahwa Tuhan menghendaki ia turun kejalan-jalan kota Calcutta, hidup dan bekerja di tengah-tengah kaum termiskin di kawasan kumuh yang terletak di luar tembok biara. Tuhan menghendaki agar ia bukan saja melepaskan kedudukannya selaku kepala sekolah, tetapi meninggalkan sekolah, minggalkan ordonya, meninggalkan tembok-tembok biara yang melindunginya.
Tanggal 8 Agustus dengan berbekal selembar busana sari (terbuat dari kain katun murah berwarna putih dengan garis-garis biru dipinggirnya yang merupakan pakaian wanita Benggali golongan miskin) serta sebuah salib kecil dan sebuah rosario, suster Teresa memulai misinya. Lewat belajar di Medical Mission Sisters Patna, sekitar 240 mil dari Calcutta, suster Teresa belajar tentang cara-cara merawat kaum miskin. Membantu di The Holy Family Hospital sangat menolong dan membekalinya untuk belajar menangani persalinan, bedah juga keahlian sebagai perawat, tenaga laboratorium dan ahli gizi. Ia membantu mengurus mereka yang sakit kolera, cacar, juga mereka yang sekarat karena terlantar dan miskin. Membangun hubungan dengan mereka yang dilayani.adalah jembatan untuk suster Teresa memahami dan ikut menjalani kehidupan mereka.Awalnya radikalisme suster Teresa sangat luar biasa karena dia hanya makan nasi dan garam, tapi atasnasehat para suster, ia mulai memperhatikan makanan dan gizi, supaya badannya kuat dan semakin banyak hal yang dapat ia kerjakan. Maka begitu ada beberapa gadis yang mulai membantu misinya, suster Teresa meminta mereka sarapan dulu sebelum mereka bekerja. Juga baju sari yang mereka pakai harus dicuci dan diganti setiap hari kadang-kadang 2x sehari. Pelayanan suster Teresa sangat terasa warna kewanitaannya. Bukan hanya radikal tetapi tetap memiliki sentuhan dan pemikiran seorang wanita yang memperhatikan hal-hal yang sangat sehari-hari (pakaian, makanan dan sebagainya).
5 orang suster yang memulai misi ini (Congregation of the missionaries of charity) adalah: suster Teresa, Subashini Das menjadi suster Agnes, Magdalena menjadi suster Gertrude (keduanya adalah mantan murid dari suster Teresa), suster Dorothy dan suster Margaret Mary. Dalam menjalankan misinya para suster dari ordo cinta kasih inidikenal sebagai suster yang tabah, ramah dan periang. Setiap suster memiliki "harta" sebagai berikut: 3 perangkat sari (satudipakai, satu dicuci dan satu lagi ditambal), sepasang sandal, 2 pasang pakaian dalam, seuntai rosario dan sebuah salib kecil yang disematkan kebagian bahu kiri sarinya. Pakaian dalam mereka sering kali terbuat dari karung-karung gandum bekas yang harus dicuci dulu sampai sekitar sepuluh kali, sampai sudah cukup lunak agar bisa dipakai.
Suster Teresa sangat cermat, dia mengatur segala sesuatu termasuk bagaimana supaya para suster yang membantunya tetap bisa belajar, bekerja dan beristirahat. Selain itu ia menyusun anggaran dasar ordo yang dipimpinnya dan menyerahkannya kepada uskup agung. Pada 7 Oktober 1950 ordo misionaris cinta kasih memperoleh pengakuan dari gereja katolik dengan persetujuan Paus.
Begitu cintanya suster Teresa pada India maka ia pun memutuskan untuk menjadi warga negara India, sehingga makin menyatulah jiwanya dengan panggilan yang Tuhan taruh dalam hidupnya. Tahun 1979 suster Teresa menerima hadiah penghargaan nobel untuk perdamaian. Tahun 1965 Paus Paulus VI mengizinkan ordo ini berkarya diluar India, sejak saat itu Tuhan membawa pelayanan iniberkembang keseluruh dunia. Suster Teresa "menularkan" teladan untuk mengasihi mereka yang miskin dan terbuang dengan cinta kasih. Karyanya tidak pernah habis untuk dibicarakan dan menginspirasi banyak orang untuk mengikuti teladannya.(aa)
disarikan dari buku: Mereka yang berjasa bagi dunia - Bunda Teresa, Charlotte Gray - Gramedia