Suku bunga kredit
1. Suku Bunga
a. Defenisi / Pengertian Suku Bunga
Menurut Hubbard ( 1997 ) dalam Laksmono ( 2001), Bunga Adalah Biaya yang harus di bayar Borrower atas pinjaman yang di terima dan imbalan Lender atas investasinnya. Suku Bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menabung.
Menurut Kem dan Guttman (1992) seperti di uraikan Laksmono ( 2001 ) menganggap Suku Bunga merupakan sebuah harga dan sebagai mana harga lainnya maka tingkat Suku Bunga, yaitu :
1). SUKU BUNGA NOMINAL
Yaitu Suku Bunga yang dapat di amati di pasaran.
2). SUKU BUNGA RIIL
Yaitu suku Bunga yang secara konsep di ukur tingkat pengembaliannya setelah dikurangi inflansi.
3). SUKU BUNGA JANGKA PENDEK
Yaitu Suku Bunga yang jatuh tempo ( Maturity ) satu tahun atau kurang.
4). SUKU BUNGA JANGKA PANJANG
Yaitu Suku Bunga yang jatuh tempo ( Maturitty ) lebih dari satu tahun.
Dalam pasar keuangan di kenal berbagai macam bunga yang disediakan para Debitur untuk melakukan Investasi.
Tipe Bunga sangat bervariasi dari suatu pasar ke pasar yang lain. Secara umum dikenal 5 macam Bunga dari suatu pasar ke pasar yang lain:
1. Bunga Kupon (Coupun rate )
Bunga Kupon adalah tingkat bunga yang dijanjkan oleh penerbit sekuritas sesuai dengan kontrak. Penerbit kontrak atau debitur menyutujui untuk melakukan pertukaran Obligasi atau Sekuritas laim.
RUMUS :
BUNGA = Tingkat Bunga Kupon x Nilai Nominal.
2. Metode Bunga sederhana.
metode Bunga sederhana di gunakan untuk membebankan kepada debitur terhadap Bunga Pinjaman atau Sekuritas selama Jangka Waktu pinjaman. Jumlah pembayaran bunga akan menurun apabila sebagian di lunasi. Formula untuk metode bunga sederhana adalah sebagai berikut :
RUMUS : I = P x r x t
P = Jumlah Pokok Pinjaman
r = Tingkat Bunga
t = Waktu Meminjam ( Biasanya Dalam Tahun )
3. Add – on Rate of Interest
Metode Add – on Rate of Interest adalah dimana Bunga di hitung dari seluruh Pokok Pinjaman di tambah Bunga Pinjaman di bagi jumlah Angsuran.
RUMUS : Bunga = Pokok Pinjaman + Bunga
Angsuran
Metode ini meningkatkan jumlah Bunga Efektif yang harus di bayar. Sebab jumlah pokok pinjaman di hitung selama 1 tahun untuk membebankan bunga. Meskipun pokok pinjaman telah di angsur, tetapi bunga yang harus di bayar sebesar 1 tahun. Hal ini terjadi karena jumah rata – rata yang dipinjam menurun jika sebagian di bayar.
4. Metode Diskon ( Diskon Method )
Dengan metode ini bunga di tentukan sebelum pinjaman di keluarkan. Kemudian bunga di kurangkan dari jumlah pokok pinjaman, selanjutnya selisih di berikan kepada debitur.
RUMUS : Bunga di Bayar
Bunga = Pokok Bunga x Tingkat Bunga
5. Compound Interest
Beberapa institusi keuangan, khususnya bank komersial dan institusi pinjaman non bank membayar Compound Interests kepada para nasabahnya pada tanggal tertentu. Pada metode ini bunga di hitung dari pokok pinjaman akan meningkat menjadi jumlah pokok pinjaman di tambah besarnya bunga. Jadi, bunga yang di bebankan periode tersebut akan menambah jumlah pokok ketika menghitung jumlah bunga periode yang akan dating. Biasanya bank atau institusi yang menerapkan metode ini harus mengungkapkan hal ini kepada nasabah atau kreditur sebelum kontrak di lakukan. Ini di wajibkan kepada bank atau institusi yang bersangkutan kepada nasabah untuk menghindari manipulasi. Formula untuk menghitung Interest Compuond ini sebagai berikut :
FV = P ( 1 + r )1
FV : Jumlah Pokok + Akumulasi Bunga Pinjaman
P : Pokok Pinjaman
r : Tingkat Bunga Tahunan
b. Penentuan Suku Bunga
Menurut Edward dan Khan ( 1985 ) mengindetifikasikan factor penentu suku bunga menjadi dua, yaitu Faktor Internal dan Eksternal. Faktor Internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar ( JUB ), dan Inflasi yang diharapkan. Sedangkan Faktor Eksternal merupakan penjumlahan Suku Bunga luar negeri dan tingkat perubahan nilai tukar valuta asing yang di harapkan.
Adapun penjelasan teoritis mengenai proses penentuan suku bunga yaitu dengan The Monetary Theory I Likuidity Preference Theory. Dalam teoriini pendekatan moneter dikembangkan oleh ekonom penganut aliran kynes yang lebih mengutamakan peranan spekulasi dalam membentuk ekspektasi. Argumentasi yang di berikan menurut kern dan guttman ( 1992:4 ) dalam Laksmono ( 2001 ) adalah : “walaupun suku bunga sangat rendah Selama masa resesi,orang akan tetp memegang uang di bandingkan menginvestasikannya, sehingga tingkat bunga yang di rencanakan dan tingkat investasi yang diperlukan tidak sama dengan kondisi normal “. ( laksomono et.al, 2001:130). Argumen tersebut merupkan pijakan dasar bagi pendekatan moneter sehingga pendekatan suku bunga bergantung pada penawaran dan permintaan untuk memegang uang dan unsure spekulatif mendorong adanya ketidakseimbangan jangka panjang. Dalam kerangka teori Keynes, uang dipegang bukan hanya untuk tujuan transaksi dan berjaga2 ( Precautionary ) semata2, tetapi untuk tujuan spekulatif. Oleh karena itu uang di pegang sebagai alternative terhadap obligasi untuk memperoleh keuntungn jika suku bunga meningkat yang berakibat pada turunnya harga obligasi, sehingga ada kesempatan untuk membeli obligasi pada harga yang lebih menguntungkan. Sebaliknya jika ekspetasi suku bunga akan turun maka harga obligasi akan meningkat,orang akan lebih cenderung memegang obigasi dari pada uang.
Kyenes mengatakan seperti Sunaryah ( 2001:72) bahwa tingkat bunga merupakan pembayaran penggunaan sebuah sumber daya yang langka ( uanag ). Tingkat bunga adalah harga yang di keluarkan debitur untuk mendorong seorang kreditur memindahkan sumber daya langka tersebut. Akan tetapi, uang yang dikeluarkan oleh debitur tersebut menerima kemungkinan adanya kerugian berupa resiko tidak di terimanya tingkat suku bunga tertentu. Uang merupakan kekayaan yang paling likuid karena uang mempunyai kemampuan untuk membeli setiap saat. Sedangkan surat obligasi tidakdapat untuk membeli setiaap saat. Sedangkan surat obligasi tidak dapat untuk membeli sesuatu kecuali kalau di ubah. Terlebi dahulu kdalam uang tunai. Keynes berpendat permintaan terhdap uang merupakan tindakan rasional. Meningkatnya permintaan uang akan menigkatkan tingkat bunga. Investasi pada surat obligasi pada saat bunga naik mengkibatkan kerugiaan Capital Again .
Pada dasarnya teori ini menjelaskan proses penentuan suku bunga atas dasar permintaan uang dengan penekannan utama pada motif spekulatif untuk perpindahan obligasi dan uang tunai.
c. Penentuan Suku Bunga di Indonesia
Menurut Bond dan kurniati ( 1994 ) dalam laksmono ( 2001 : 130 ), suku bunga domestic sangat terkait dengan suku bunga international. Hal ini di sebabkan baiknya akses pasar keuangan domestic terhadap pasar keuangan international dan kebijakan nilai tukar yang tidak fleksibel. Peningkatan akses tersebut telah memperbesar kendala manajemen moneter bank Indonesia. Setiap upaya untuk mempengaruhi Money Supply dengan meningkatkan suku bunga di atas suku bunga internatioanal akan mendapat gangguan dari arus modal masuk berjangka pendek. Namun, bank Indonesia terlihat dapat mempertahankan derajat kebebasan beberapa suku bunga domestic sehingga tetap dapat mempengaruhi suku bunga domestic tanpa merubah kebijakan nilai tukar. Selain suku bunga international, tingkat diskonto SBI juga merupakan factor penting dalam penentuan suku bunga di Indonesia. Peningkatan diskonto SBI segera di respon oleh suku bunga PUAB ( Pasar Uang Antar Bank ), sedangkan respon suku bunga deposito baru muncul setelah 7 – 8 bulan.faktor lain yang turut berpengaruh dalam penentuan suku bunga di Indonesia adalah kondisi Likuiditas yang berdampak pada suku bunga PUAB dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang akan mendoong arus modal masuk sehingga pengaruhnya terhadap suku bunga deposito dan suku bunga kredit lebih kecil.
d. Term Structure Of Interest rates
Menurut Hubbard ( 1997 : 141 – 142 ) dalam teori ini menerangkan adanya Variasi pendapatan ( Yields ) surat – surat berharga yang memiliki resiko, Likuiditas dan karakteristik biaya informasi yag serupa tetapi memiliki Maturity yang berbeda. Analisa pasar menggunakan pendapatan asmapai jatuh tempo ( Yield to maturity ) instrument bebas resiko ( Risk Free Instrument ) sebagai fungsi jangka waktu untuk mendapatkan informasi ekspletasi Investor tentang kondisi pasar mendatang (Miskhin, 1995 : 157 ). Salah satu cara melihat ekspetansi inflasi did lam suku bung nominal adalah dengan menggunakan Yield curve. Yoeld Curve merupakan hubungan antara pendapatan atau suku bunga ( Rate of return ) dengan jangka waktu ( Term on Maturity ). Pada dasarnya bentuk Yield curve memiliki keterkaitan dengan mekanisme transmisi kebijakan moneter. Secara konvensial, transmisi kebijakan moneter terjadi dari suku bunga jangka panjang. Suku bunga jangka panjang. Suku bunga jangka panjang pada gilitannya akan mempengaruhi permintaan agreget. Secara umum Yield Cuve di kelompokan menjadi tia bentuk :
1. Kurva Meningkat ( Up – Ward Sloping )
Kurva ini menunjukan bahw suku bunga janka panjang lebih tinggi dari sukuu bunga jangka pendek.
2. Kurva Mendatar ( flat Warp sloping )
Kurva ini menunjukan bahwa suku bunga jangka panjang sama dengan suku bunga jangka pendek.
3. Kurva menurun ( down – Ward sloping )
Kurva Ini menunjukan bahwa suku bunga jangka panjang lebih rendah di bandingkan dengan suku bunga janka pendek.
( gambarnya belum)
Ada 3 Teori Term of structure yang menjelaskan hubungan antara Suku Bunga yang berbeda Jangka Waktu, yaitu :
1. Segment Market Theory
Mengatakan pendapat masing2 instrument dengan Jangka Waktu berbeda ditentukan oleh pasar yang berbeda dengan permintaan dan pasokan pasar yang berbeda. Teori ini mengansumsikan peminjam dan pemberi pinjaman memiliki Preferensi terhadap Jangka Waktu tertentu, dalam teori ini peminjam dan pemberi pinjaman tidak berpindah dari satu pasar ke pasar lain sehingga instrument dengan Jangka waktu berbeda tdak saling bersubtitusi. Pendapatan di tiap pasar tercipta dari permintaan dan pasokan di pasar tersebut. Yield Curve yang meningkat menunjukan adanya permintaan instrument Jangka Pendek yang lebih besardi bandingkan permintaan instrument Jangka Pendek yang sama dengan Jangka Panjang.Yield Curve menurun menunjukan permintaan instrument Jangka pendek yang lebih kecil di bandingkan Jangka Panjang, maka dapat di simpulkan adanya kecenderungan investor umumnya lebih senang memegang instrument Jangka Pendek di bandingkan Jangka panjang.
2. Expeciation Theory.
Menganggap instrument Jangka waktu berbeda saling bersubtitusi sempurna. Suku bunga merupakan rata-rata ekspektasi Suku Bunga Jangka pendek selama periode instrument jangka Panjang. Teori ini menjelaskan perbedaan term structure of interest rate yang dicerminkan oleh perubahan bentuk yield curve dari waktu ke waktu dan juga menerangkan kecenderungan Suku Bunga Instrument Jangka Waktu yang berbeda bergerak searah karena adanya subtitusi. Selain itu menerangkan bahwa yield curve dapat memberikan prediksi ekspektasi Suku Bunga Jangka Pendek dari suku Bunga Jangka Panjang saat ini. Misalnya Suku Bunga Obligasi 1 bulan Adalah 6 %, suku Bunga untuk 2 bulan 7%, 3 bulan sebesar 8% dan 4 bulan 9%, suku bunga 2 bulan adalah rata-rata dari suku bunga 1 bulan dan ekspetasi satu bulan ke depan atau :
6% + ekspetasi suku bunga 1 bulan ke depan = 7%
2
Ekspetasi Suku Bunga 1 bulan ke depan adalah 2 ( 7% ) – 6 % = 8%
Apabila suku bunga untuk semua Jangka Waktu sama, maka ekspetasi suku bunga juga tetap, yaitu 6%.
3. Prefered Habitat Theory
Mengatakan bahwa suku bunga jangka pendek sepanjang periode instrument jangka panjang di tambah dengan liquidity premiuim yang besarnya tergantung pada kondisi penawaran dan permintaan saat itu. Teori ini mengansumsikan adanya subtitusi antar instrument dan adanya preferensi investor atau instrument tertentu yang di sebut juga subtitusi tidak sempurna.dalam Preferred Habitat Theory, suku bunga pada periode n sama dengan rata-rata dari eksepetasi suku bunga bulan ke depan selama periode n ditambah dengan premium.
0 komentar:
Posting Komentar